Jumat, April 08, 2005

Adilkah 4JJI itu ?

Seperti biasanya aku selalu menghela nafas panjang apabila dosen memberiku tugas. Bagaimana tidak, tugas yang satu belum aku kerjakan, tugas yang lain terus saja berdatangan bagaikan air yang mengalir dari sebuah mata air. Begitu banyak waktu yang aku korbankan untuk mengerjakan tugas yang aku terima, tapi hasilnya…sangat jauh dari yang aku harapkan. Padahal setiap harinya aku selalu mengikuti kuliah dengan rajin, bahkan aku selalu datang lebih awal agar aku bisa duduk di bangku terdepan.Yang sangat saya herankan, sebagian besar teman-teman di kelasku tidak merasakan hal yang aku rasakan ini. Mereka tetap saja bisa menikmati hari-hari mereka, tetap saja bisa tertawa riang meskipun banyak tugas yang “membelenggu” mereka. Bahkan ada diantara mereka yang jarang mengikuti kuliah, tetapi bisa mendapatkan nilai yang jauh lebih baik dariku. Doa selalu aku panjatkan kepada-NYA. Ibadah sunah juga selalu aku lakukan untuk mendekatkan diriku dari nikmat-NYA, tapi sepertinya aku belum mendapatkan apa-apa. Apa artinya semua ini ? Tidakkah ALLAH melihat jerih payahku….tidakkah ALLAH mendengar doa-doa ku…tidakkah ALLAH menyayangiku…..tidakkah ALLAH berlaku adil padaku….
Hari-hari yang seperti ini yang tiap kali aku jalankan. Rasa bosan, marah, dan sedih yang tiap hari aku rasakan. Bahkan sempat terpikir olehku untuk “menyerah”saja, karena aku berpikir bahwa segala sesuatu aku kerjakan hanyalah sia-sia belaka dan sama sekali tidak menghasilkan apa-apa. Semua itulah yang selalu aku pikirkan dahulu. **
Aku ingat hari itu, hari jumat setelah kuliah pagi berakhir, aku melihat salah satu temanku sedang duduk sendiri dengan wajah yang sangat sedih. Nama temanku itu adalah Danar. Dia adalah salah satu murid terpandai di kelas. Dia selalu mendapat nilai yang tinggi untuk setiap tugas dan ujiannya. Rasa heran dan penasaran timbul di benakku. Apakah Danar mengalami masalah seperti yang aku hadapi ? Tapi rasanya hal itu tidak mungkin, karena aku sangat tau mengenai nilai-nilainya. Rasa penasaran di benakku tidak bisa aku tahan lagi, akhirnya aku memutuskan untuk menanyakan langsung kepadanya, masalah apa yang sedang dia hadapi. Dengan nada pelan aku bertanya kepadanya, “ Dari tadi aku perhatikan, sepertinya kau sedang ada masalah ya Nar ? Apa boleh aku tau, mungkin saja aku bisa membantumu.” Segera saja Danar menjawab “ Ah tidak ada apa-apa kok !” kemudian aku sedikit mendesaknya, “ Ayolah Nar, aku tau kau sedang ada masalah, mungkin akan terasa lebih ringan apabila kau mau menceritakannya padaku.” “ Baiklah aku akan cerita.” Jawab Danar.
Dengan suara yang sangat sedih Danar mulai menceritakan masalahnya. Danar bercerita bahwa kemarin dia baru saja mendapat surat dari keluarganya yang berada di kampung. Melalui surat itu Danar diberitahu bahwa bapaknya sekarang sedang sakit keras dan harus segera dirawat di rumah sakit. Keluarga Danar bisa dibilang keluarga yang kurang mampu, orang tuanya bekerja sebagai buruh tani yang menggarap sawah orang. Penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Namun dengan usaha yang sangat keras, akhirnya orangtua Danar bisa menyekolahkan Danar hingga tingkat universitas. Dalam surat itu diberitahukan juga bahwa Danar harus segera pulang ke kampong dan berhenti dari kuliahnya. Alasannya adalah tidak ada lagi uang untuk membiayai kuliah dan biaya hidup Danar di sini. Uang yang tersisa akan digunakan untuk biaya pengobatan bapaknya yang sedang sakit. Sambil sesekali menyeka air mata di pipinya, Danar juga menceritakan bahwa dia sudah memutuskan untuk berhenti dari kuliahnya dan akan pulang ke kampungnya untuk membantu keluarganya disana. Aku hanya bisa diam saja mendengar cerita Danar. Sedikitpun aku tak mampu untuk berkata-kata atau memberikan nasehat untuk Danar. Baru kali ini aku mendengar cerita yang sangat menyedihkan. Hatiku merasa iba dan kasihan kepada Danar. Danar yang begitu pintar, Danar yang begitu unggul, ternyata harus berhenti dari kuliahnya dan terpaksa melepas semua impiannya karena masalah biaya. Tapi sejujurnya….jauh di lubuk hatiku aku sangat bersyukur karena aku dilahirkan di keluarga yang berkecukupan, hingga aku tidak perlu menghadapi masalah seperti yang Danar hadapi.
Dari kejauhan rupanya sudah terdengar suara Adzan shalat jumat. Dengan suara yang sangat pelan, aku mengajak Danar untuk segera mengambil air wudlu dan segera berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat jumat. **
Sehabis aku melaksanakan shalat jumat, masih di hari yang sama, aku kembali ke kampus untuk mengikuti kuliah siang. Dalam perjalanan menuju kampus, aku bertemu dengan teman SMA ku dulu yang kuliah di fakultas lain, Deri namanya. Deri ini adalah teman sekelas ku semenjak aku duduk di kelas satu SMA sampai kami berdua lulus. Deri adalah anak yang cerdas. Pernah beberapa kali dia meraih rangking pertama di kelas dan menjuarai beberapa lomba cerdas cermat. Orang tua Deri adalah orang yang kaya raya. Segala kebutuhan Deri selalu dapat dipenuhi bahkan bisa dibilang berlebih.
Ada sesuatu yag berbeda dari Deri saat itu. Wajah Deri terlihat sangat pucat dan badannya pun keliatan sangat lemah seperti orang yang tidak makan berhari-hari. Tanpa rasa ragu-ragu aku langsung bertanya kepadanya, mengapa dia terlihat sangat lemah. “ Deri, apa kamu sedang sakit, wajahmu terlihat sangat pucat ?” Tanya ku kepadanya. Dengan nada bicara yang lemah dia menjawab,” Iya, penyakit maag ku sepertinya kambuh. Perutku terasa sangat sakit sekali.” “ Apa ada yag bisa aku lakukan unutkmu ?” Tanyaku kepadanya. “ Ah tidak usah terima kasih, aku sudah meminum obat…sebentar lagi juga sakitnya hilang. Aku sudah terbiasa seperti ini..” Jawab Deri kemudian. Lalu kemudian kami pun berpisah untuk menuju fakultas kami masing-masing.
Sungguh sangat disayang kan sekali…walaupun mempunyai otak yang cerdas, orang tua yang kaya raya, tetapi Deri mempunyai penyakit yang sangat membuatnya merintih kesakitan saat penyakit itu kambuh. Aku bersyukur sekali karena aku tidak harus mengalami penderitaan penyakit seperti yang deri alami.**
Astagfirullah…. Akhirnya aku mengerti akan takdir ALLAH. Masalah yang dialami Danar, penderitaan penyakit yang diderita Deri, semuanya telah membuka mata hatiku. Selama ini aku berfikir kalau ALLAH telah berlaku sangat tidak adil padaku, tapi kenyataannya tidaklah begitu. ALLAH sangat menyayangiku, ALLAH sangat memanjakanku, ALLAH telah berlaku adil kepadaku dan berlaku adil pada semua orang. Selama ini aku hanya melihat keatas saja, selama ini aku hanya iri melihat teman-temanku yang lebih berhasil daripadaku. Ternyata dibalik semua itu…semua orang mempunyai masalahnya sendiri-sendiri. Sungguh sangat egoisnya aku ini, sungguh sangat kufurnya diriku ini. ALLAH memberi keluargaku rizki hingga aku bisa berkuliah, ALLAH memberiku rizki hingga aku hidup dalam keadaaan yang sehat., tapi apa yang aku lakukan ….bukannya bersyukur aku malah meragukan-MU wahai Tuhanku. Terima kasih KAU telah mengingatkanku, terima kasih KAU masih mau membukakan pintu hatiku sebelum KAU memanggilku.**
Alhamdullillah hatiku kini telah terbuka. Sekarang aku mengerti bahwa ALLAH telah menetukan takdir dari tiap hamba-hamba-NYA. Kita manusia hanya bisa berusaha dengan sekuat tenaga disertai dengan hati yang ikhlas…sisanya biar ALLAH lah yang menentukan semuanya, karena hanya DIA lah yang maha tau apa yang terbaik bagi hamba-hamba-NYA. Boleh jadi hal itu tidaklah kita sukai atau malah kita benci. Tapi yakinlah bahwa ALLAH tidak akan menyengsarakan pengikut-NYA. ALLAH hanya akan memberi kita ujian sesuai dengan kemampuan kita. Semakin tinggi kita memanjat pohon, maka makin kencang pulalah angin yang akan menerpa kita, sama halnya dengan ujian ALLAH, semakin tinggi kualitas iman kita, maka makin beratlah ujin yang akan kita terima sebagai tanda cinta dari-NYA. Satu hal yang harus kita pahami bahwa adil tidaklah harus sama rata, ALLAH lah yang berkuasa untuk menentukan semuanya.**

2 komentar:

Anonim mengatakan...

maph sblum'y...
shrusnya lo jgn kya gtu...
Allah tu ga kan ngasih cobaan yang ga bsa di lewati ma umatnya...
Allah itu bersama orang2 yang sabar...
psti nati u dapt imbalnnya....

Anonim mengatakan...

Hebat,,,,
Emg sharusny kita tuh mesti beryukur apa yg udh ALLAH berikan,,,,,,,
Allah tau apa yg terbaik untuk umatny,,,,,kita hanya bisa merenung dan menanyakan kenapa ini terjadi pada kita,,,,,,,,itu karena manusia hanya memiliki sangat sdikit ilmu Allah,,,,,,,,sudah seharusny kita belajar,,,,,,,,,