Senin, September 17, 2007

UI ku yang tambah aneh

Belum ada 1 bulan meninggalkan dunia kampus UI, berita aneh sudah tersebar kemana-mana. Pada awalnya sih gw berharap UI semakin berkembang setelah rektor baru yang katanya dekat sama mahasiswa terpilih. Kemahasiswaan semakin dinamis, bukti kongkret mahasiswa sebagai pemberi solusi bangsa mungkin akan kembali lagi. Namun apa yang terjadi... ???

Dua kasus di UI terdengar di telinga gua. Kasus MWA UM saudara Shofwan ABC dan kasus DPM UI Umar Badarsyah. Kaget gw denger dua kasus ini, apalagi kasus shofwan, masih belum percaya aja. Gw berpikir...apakaha lembaga formal kemahasiswaan sudah gak punya bahan diskusi lagi kah, atau mereka sudah gak bisa melihat kasus-kasus di masyarakat, ataukah mereka sudah capek ngurusin rakyat dengan senjata tumpulnya, akhirnya mereka bikin kasus internal saja. Duh capek deh gw ngeliat gerakan teman-teman atau adek-adek gw itu. Nyok kita lihat kasus yang nomor satu.

Shofwan ABCD seorang yang gw kenal sangat hebat, istiqomah dan tawadu adalah seorang mahasiswa FISIP UI angkatan 2003 yang sekarang (gak tahu masih di anggap atau gak sekarang) mempunyai jabatan sebagai Anggota Majelis Wali Amanat (MWA) unsut Mahasiswa, sekaligus Mahasiswa Berprestasi Utama UI tahun 2006 dan Mahasiswa Berprestasi utama tingkat nasional, ibarat kata Dia itu orang hebat deh, semua ilmu mungkin ada di dia kali yach.

Kedudukan Shofwan di MWA UI adalah kedudukan yang sangat strategis dan membawahi kepentingan seluruh mahasiswa UI, Puluhan ribu mahasiswa UI hanya terwakilkan oleh satu suara dia. Sebuah possi yang sangat berat. Posisi ini dia dapatkan mulai dari 1 januari 2007 sampai 31 desember 2007. Namun seorang shofan yang bertalenta tinggi memiliki posisi lain yaitu sebagai seorang mapres UI dan mapres Nasional. Posisi inilah yang melahirkan banyak tawaran-tawaran baik politik, ekonomi atau bahkan akademik. Tetapi gw yakin seorang shofwan itu adalah orang yang profesional yang menghargai usaha-usaha rekannya dan menjaga amanah yang dia pegang yaitu sebagai MWA UI unsur Mahasiswa.

Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada shofwan yang sempurna. Tawaran , Ajakan, Imingan dari status mapres ternyata meluluhkan jiwa ke-profesionalannya. Sebuah tawaran Beasiswa S2 gratis ke Jepang menghampirinya, padahal saat ini yang gw tahu, shofwan itu belum lulus S1. Dengan alasan menjaga hubungan baik UI dan pemerintah Jepang, Saudaraku yang gw cintai Shofwan ABCD mengambil pilihan yang bukan shofwan banget, yaitu meninggalkan amanah dia di MWA UM yang tinggal 3 bulan ini dan lebih baik memilih mengambil tawaran dari jepang yaitu melanjutkan S2.

Kaget gw denger kabar ini, seorang shofwan yang tak usah diragukan lagi integritasnya, malah memilih kepentingan akademisnya...waduh...cape deh...Gw gak bisa komentar deh tentang sahabat gw ini.Tapi ini buat pembelajaran deh buat kita semua tentang yang namanya tanggung jawan terhadap amanah. Kalau gw kaya shofwan mungkin waktu gw di BEM fasilkom gw bisa ninggalin BEM dah memilih tawaran KP di kalimantan yang dpt gaji gede, tapi untungnya gw masih sadar akan amanah gw. Ya begitulah manusia, penuh dengan hawa nafsu..he..he...

Gak nyambung sama judul yach ??? ada lagi....nah itu dia gw ngerasa lembaga formal udah gak punya kerjaan kali yee....jadinya ya itu dia malah bikin masalah di internal sendiri. Dah lama gw gak denger aksi-aksi mereka lagi, udah lama gw gak denger bakti sosial mereka buat bengkulu atau kampung gw di padang. Mereka lebih milih maen di kandangnya doank...UI memang aneh...Tanya kenapa !!!

Selasa, September 04, 2007

Kasus Raisyah, apakah sebuah skenario besar SBY ???

Mungkin kita teringat akan berita di Koran maupun di televise tentang penculikan anak seorang pengusa muda, anak ketua HIPMI, yaitu Raisyah Ali yang baru berumur 5 tahun, pada tanggal 15 Agustus 2007 telah di culik oleh segerombolan penculik, dan pada tanggal 24 Agustus 2007 Raisyah dapat di ketemukan kembali oleh polisi setelah menangkap para pelaku di daerah Jagakarsa. Sebenarnya kasus ini tidak terlalu aneh dalam Negara kita, sudah sering kita mendengar kasus penculikan anak-anak di Jakarta maupun di daerah lainnya. Namun kasus ini terasa amat sangat aneh dan janggal ketika orang nomor satu Indonesia yang langsung turun tangan masalah ini, janggal sekali, seorang presiden turun kedalam masalah criminal. Dimanakah kejanggalan itu terjadi??? Mari kita coba berfikir logis….

1.Kasus ini adalah kasus kriminal pertama tingkat regional yang langsung ditanggapi oleh seorang SBY. Kasus raisyah hanyalah kasus yang sudah biasa terjadi. Apakah hanya karena orang tuanya yaitu ketua HIPMI, maka SBY langsung bertindak ??? kalau begitu SBY sudah pilih kasih terhadap rakyatnya, kasus penculikan anak kecil dr keluarga miskin tidak pernah dia bahas, penculikan sampai pembunuhan tidak pernah beliau bahas, kenapa Pak SBY ??? Apakah ada agenda tersembunyi di balik ini semua ??? apakah bapak ingin mendiskreditkan suatu golongan ???

2.kasus pembebasan Raisyah di SPBU Tanjung Barat masih janggal pula. Polisi tidak menjelaskan secara terperinci kejadian di SPBU tersebut, kemudian kenapa tidak melibatkan media ??? aksi penggerebekan teroris atau pencuri , biasanya polisi mengajak media, tetapi kenapa kali ini tidak ??? apakah ada sebuah skenario ???

3.Penjelasan Kepolisian tentang melacak sinyal dari nomor telepon, saya kira ada kejanggalan juga. Semua orang sudah tahu kalau semua nomor HP harus teregister, dengan begitu pihak operator bisa tahu keberadaan nomor tersebut, dan ini diketahui semua orang. Jikalau penculik itu cerdas, tidak mungkin nomor HP yang penculik gunakan untuk menghubungi orang tua Raisyah itu teregistrasi dan di gunakan berulang kali. Penculik yang cerdas pasti menggunakan 1 nomor untuk sekali pakai. Tetapi kenapa penculik kelas kakap ini terlalu bodoh ??? padahal sebagian dari mereka adalah anak SMA dari SMA yang cukup ternama. Apakah penculik itu hanya sebagai tameng ??? apakah penculik itu hanya mengikuti suruhan dari bakingan nya???

4.Ketika para penculik tertangkap, media langsung menghubungkan kasus ini dengan gerakan radikal sebuah kelompok, dan tempat bekerja para penculik menjadi sorotan utama, yang notabenenya adalah tempat penjualan buku-buku islam. Langsung saja media yang sok tahu itu, langsung menghubung-hubungkan dengan ekskul yang ada di sekolah tersebuh. Iya, hal ini lah yang saya anggap tujutan dari skenario ini. Ingin memperlihat kepada media kalau pencuri tersebut adalah seorang aktivis islam dan bergerak di eksul agama di sekolahnya. Dan masyarakat sudah tahu, eksul-ekskul agama di sekolah adalah tempat kaderisasi bagi para pemuda-pemuda sebuah organisasi atau partai politik. Dan itulah yang ingin dibawa oleh tokoh utama penculikan itu, ajang pencitraan negatif terhadap sebuah partai sebelum bertarung pada PilPres 2009. dimana saat ini partai tersebut menjadi ancaman bagi partai mayoritas saat ni karena aksi simpatiknya terhadap masyarakat dan terkenal dengan bersih dari korupsi.\

Ya itulah sebuah analisa dari saya, benar sahabat, politik itu benar-benar penuh intrik, semua hal bisa di politisasi. Tetapi hanyalah 4JJI yang tahu kemana semua ini bermuara..Wallohu’alam bi showab