Rabu, April 27, 2005

Ingatkah Engkau tentang Hari Itu?

Ingatkah Engkau tentang Hari Itu?

"Apabila shakhkhah (suara yang memekakkan telinga) telah tiba. Pada hari
itu seorang manusia lari dari saudaranya dan dari ibu serta ayahnya.
Juga dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang pada hari itu mempunyai
urusan yang mengganggunya (sehingga tidak sempat memikirkan urusan orang
lain)." (QS Abasa: 33-37)


Tsunami yang melanda Aceh sudah hampir beberapa bulan berlalu. Ratusan
ribu nyawa terenggut dalam sekejap. Masih segar dalam ingatan
mayat-mayat itu berderet tanpa ampun sebelum kemudian dikuburkan secara
massal. Belum hilang dari benak, wajah tanah rencong yang berduka, duka
teramat dalam. Tak akan segera pupus ingatan ini akan ujud bumi serambi
Makkah yang porak-poranda seperti habis terhempas. Saat itu semua benak
mempertanyakan, peringatan Allah kah ini? Murkakah Allah atas manusia?
Ataukah sebuah ujian sehingga manusia mampu mengambil banyak hikmah dan
pelajaran?

Dan, beberapa saat yang lalu kabar serupa datang kembali, Nias dan Simeuleu, dig
uncang gempa.
Korban manusia kembali berderet dalam sejumlah angka. Tidak sedikit.
Alam seolah ingin berkabar tentang banyak hal kepada manusia yang masih
diberi porsi usia. Kembali kita lihat wajah-wajah penuh gundah menerima
realita kehilangan keluarga, musnahnya tempat tinggal dan trauma
psikologis akibat bencana. Dan kembali kita mempertanyakan, apakah ini?
Mengapa bencana seolah bertubi?

Belum, belum berhenti, masih ada musibah lain, gunung Talang di Padang
meletus dan memuntahkan abu dari kepundannya dan gempa terjadi lagi,
ribuan manusia mengungsi dari sejumlah nagari. Saat ini, media massa
memberitakan sejumlah gunung berapi dinyatakan status waspada dan
sewaktu-waktu bisa saja meletus dan menimbulkan bencana yang lebih parah
lagi.

Mengenai fenomena ini, kemarin beberapa rekan kerja di kantor
membincangkan bahwa mungkin saja kiamat sudah dekat. Bukankah salah satu
pertanda kedatangannya adalah bencana demi bencana terjadi? Saya hanya
menyimak. Yah, bisa jadi demikian, siapa pun tidak ada yang tahu kapan
hari itu datang. Sebagai muslim, mempercayai kedatangannya adalah
merupakan keimanan. Hari kiamat adalah perkara ghaib. Duh, jika kiamat
sudah sedemikian dekat, apa jadinya saya?

Dan malam tadi, seolah lelap itu sangat jauh. Saya teringat tentang
obrolan rekan-rekan kerja di kantor. Hari kiamat mungkin sudah dekat.
Saya mengingat utuh beberapa malam yang telah lewat saya bermimpi
tentang kejadian hari kiamat. Sebuah mimpi yang begitu teguh berada
dalam ingatan. Mimpi yang kemudian menjadikan seharian itu saya hening
dan tak bertenaga. Mimpi yang mudah-mudahan bukan hanya sekedar bunga
tidur tetapi sebuah peringatan ampuh bagi kelalaian saya. Sebelum
terjaga, saya masih mengingat penghujungnya. Sesosok laki-laki berteriak
lantang, "Kiamat bukan hari ini, masih ada adzan terdengar". Mata saya
terbuka. Bulir keringat membasah. Dan dunia berada di depan mata.

Lalu, bagaimana dengan mu sahabat? Apa kabarnya? Ingatkah engkau tentang
hari itu? semoga Allah selalu menganugerahi kehidupan terbaik untukmu.
Semoga saat ini, engkau masih berada dalam kenikmatan tertinggi, menjadi
seorang muslim. Mudah-mudahan hari ini, sehatmu ditunaikan untuk
sebaik-baik amalan. Porsi usiamu tak terlampaui dengan tersia. Senyummu
ibadah, gerak kerjamu ibadah, uluran tangan untuk anak-anak jalanan
adalah helai ikhlasmu. Belaian tulus untuk buah hatimu tercatat sebagai
kebaikan. Sujud heningmu bukanlah riya.

Bersyukurlah, berbahagialah, karena hari ini, kita masih menjumpa dunia.
Kita diperkenankan Allah melahap jeda demi jeda. Kemarin, tak mungkin
engkau raih kembali. Ia sudah tercecer di belakang sana, mustahil engkau
memunguti hamburan waktu itu meski hanya sedetik saja. Besok, sebuah
waktu yang masih belum pasti tertapaki. Ia adalah masa depan yang hanya
karena karunia Allah saja kita memasukinya. Kita hanya punya saat ini.
Saat terbaik. Saat yang paling nyata untuk memperbaiki. Hingga saat ini
menjadi masa lalu yang indah, dan berikhtiar mewujudkan kenyataan
menyenangkan di kelak kemudian hari. Syukuri keberadaan mu hari ini.
Sebelum hari itu tiba.

Ya, hari itu. Sebuah hari yang sudah pasti kedatangannya. Hari yang tak
mungkin dapat kau bayangkan walau itu secuil saja. Seperti Allah
berfirman bahwa kejadian pada saat itu sungguh sebuah kejadian yang
sangat dahsyat.

"Sesungguhnya keguncangan pada saat hari kiamat adalah suatu hal yang
dahsyat sekali." (Q.S. Al-Hajj:1)

"Jika waqi'ah (peristiwa dahsyat) telah tiba. Tidak seorang pun dapat
mendustakan terjadinya itu. Ada golongan yang direndahkan (yakni kaum
kafirin) dan ada pula golongan yang ditinggikan (yakni kaum mukminin)."
(Q.S. Al-Waqi'ah:1-3)

Sahabat, sesungguhnya jika Allah mau, mudah saja bagi Nya, menjadikan
sebentar lagi, besok, lusa, seminggu, setahun yang akan datang,
kapanpun, menjadikan bumi ini hancur sehancur-hancurnya, menjadikan
matahari terbit dari barat.

Sesungguhnya pertanda demi pertanda itu sudah dengan nyata singgah di
depan mata. Adakah kita sadar dan dengan segenap jiwa memperbaik diri.
Adakah bencana demi bencana yang terjadi hanya sepintas lalu saja.
Adakah dunia begitu mengalihkan perhatian kita hingga kita hanya
mengingat bagaimana menyelesaikan deadline pekerjaan, hanya berkutat
dengan target-target yang ditetapkan perusahaan. Kita lupa dengan target
tilawah, kalah oleh penat untuk tegak di sepertiga malam, bahkan shalat
wajib itu dikerjakan mendekati akhir. Astagfirullah.

"Tetapi kamu semua lebih mengutamakan kehidupan dunia, padahal kehidupan
di akhirat lebih baik dan lebih kekal." (Q.S. Al-A'la:16-17)

Hari ini, sebelum hari itu tiba, mari bersegera memperbaiki diri dan
'kembali', karena sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat.

Wallahu a'lam bish-shawab

Tidak ada komentar: