Kamis, Februari 23, 2006

KATAKAN “TIDAK” UNTUK KENAIKAN TDL

KATAKAN “TIDAK” UNTUK KENAIKAN TDL


Listrik adalah sebuah alat vital bagi suatu Negara pada zaman modern ini, tanpa listrik pada zaman ini maka kita akan mengalami keterbelakangan teknologi yang akan membawa kita ke zaman purb kala lagi. Listrik adalah konsumsi seluruh manusia, tidak hanya konsumsi orang-orang kaya saja tetapi kaum miskin memerlukannya, bayangkan jika dunia ini tidak ada listrik ! Iya itu adalah sebuah awalan pengertian yang berusaha menjelaskan bahwa listrik itu kebutuhan umat manusia. Dan hari ini, kita telah mendengar bahwa perusahaan listrik Negara (PLN) akan menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) sekitar 20% - 100% untuk industri. Ada apa sebenarnya?
Sungguh bertubi-tubi tamparan yang diberikan kepada rakyat Indonesia oleh presiden terpilihnya. Setelah menaikkan harga BBM dengan sadis nya tanpa melihat kondisi rakyatnya, dengan dalih kenaikan harga BBM juga PLN berencana menaikkan TDL. Satu hal yang kita catat, dampak kenaikan BBM masih terus bergulir dan sekarang sedang mengarah ke PLN. Kronologisnya setelah minggu lalu saya mendatangi DPR adalah pada tahun ini PLN menaikkan permintaan subsidi dari pemerintah sebesar 35 Triliun, namun yang disepakati oleh DPR hanyalah 15 Triliun dengn 2 triliun lagi cadangan, dan sisanya itulah yang 18 Triliun yang dipermasalahkan sehingga dengan alasan untuk menutupi yang 18 Triliun itu, PLN ingin rakyat yang menanggungnya, sebuah kekeliruan besar. Iya sebuah kekeliruan besar jika kita berlogika, alasan kenaikan anggaran karena PLN menangguh biaya lebih untuk tenaga pembangkitnya yang sampai saat ini menggunakan BBM yang di akibatkan kenaikan BBM oleh pemerintah, sebuah kekeliruan besar jika dampak dari suatu keputusan pemerintah harus dibebankan lagi kepada rakyat, seharusnya pemerintahlah yang menanggung semua dampak kenaikan BBM itu.
Respons terhadap kenaikan TDL pun langsung meluncur dari komunitas masyarakat tidak terkecuali Kadin ( kamar dagang Indonesia ) yang menolak mentah-mentah kenaikan TDL, karena setelah banyaknya perusahaan kecil menengah yang guling tikar akibat BBM maka akan banyak lagi perusahaan-perusahaan yang akan memecat karyawannya akibat kenaikan TDL,berdasarkan hitung-hitung dari ekonom Bung Iksan, Bakal terjadi kehancuran ekonomi jika pemerintah menaikkan TDL, jika pada kenaikan BBM menyebabkan kenaikan inflasi sebesar 0,8 %, maka kenaikan TDL bisa menaikkan inflasi sebesar 3%, sungguh keputusan yang salah jika sampai menaikkan TDL.
Bukan tanpa solusi,mari kita mencari solusi untuk PLN ini. Berdasarkan info dari detik.com, pemerintah sedang melakukan pemercepatan pembayaran hutang “ monster IMF” dari yang direncanakan, satu hal yang bisa kita cerna disini yaitu pemerintah lagi kebanyakan uang. Dari sini seharusnya pemerintah tidak perlu bernafsu mempercepat hutang, lebih baik di alih fungsikan ke PLN yang sedang membutuhkan, toh yang selama ini pemerintah hanya bisa membayar bunga dari hutang Indonesia dan toh yang lebih menyakitkan lagi, hutang kita itu tidak bisa dilunnasi sampai tujuh keturunan kita kecuali menjual pulau-pulau ataupun menyatakan Indonesia tidak akan membayar hutng IMF ( Seperti Brazil ). Solusi bisa kita dapatkan, solusi lainnya adalah Bank Indonesia (BI) saat ini mempunyai dana nganggur sebesar 50 Triliun untuk BUMN, Walaupun PLN adalah perusahaan terbatas tetapi tetap dalam tanggung jawab menteri BUMN, sehingga dana nganggur itu bisa kita alihkan ke PLN. Solusi lainnya adalah PLN meminjam uang kepada departemen-departemen pemerintah yang lain, dan saya yakin untuk tahun depan PLN pasti bisa mengembalikannya lagi. Ataupun solusi terakhir, pemerintah melakukan pemotongan anggaran dari masing-masing departemen sehingga terkumpul 18 Triliun untuk disumbangkan ke anak emas nya yaitu PLN. Solusi yang sebenarnya bisa kita pikirkan oleh orang-orang awam, tidak harus para eknom-ekom yang PhD ataupun Profesor-profesor.
Tetapi sebenarnya itu hanya solusi terhadap satu permasalahan dari PLN yaitu tentang kenaikan anggaran. Ada masalah lain dari internal PLN mengenai ketidak efisienan dan ketidak efektifan kinerja PLN. Kita lihat masih belum transparannya PLN, tidak adanya alih teknolgi ke pembangkit yang lebih murah. Kasus nyata terjadi di medan, yaitu kasus pembuatan Pembangkit listrik tenaga gas alam di boring, malah membawa direktur PLN sebagai saksi dalam persidangan. Selain solusi-solusi yang diberikan di atas, seharus PLN juga harus membenahi ini, tidak afektif dan efisien juga PLN walau sudah merubah menggunakan gas alam ataupun batubara, tetap menggunakan manajemen yang sama.

Iya, dari itu semua ada satu hal yang bisa kita sepakati, Rakyat tidak boleh lagi menanggung dosa pemerintah dengan menaikkan TDL, masih banyak solusi lain yang lebih savety yang bisa dilakukan pemerintah, jangan asal ada masalah langsung dibebankan kepada rakyatnya. Sebuah kesalahan besar jika TDL dinaikkan, Listrik menghabiskan 30% dana dari produksi tetapi dampaknya bisa 78% terhadap produksinya ( asumsi yang diberikan ahli ekonom FE), bayangkan ketika TDL dinaik kan, perusahaan-perusahaan kesulitan bereproduksi, tingkat beli masyarakat bakal menurun drastic yang mengakibatkan PHK dimana-mana, perusahaan gulung tikar, akhirnya perekonomian menurun drastic. Dampak ini tidak hanya dialami perusahaan, melainkan semua aspek masyarakat, biaya rekening listrik rumah akan menaik, banyak lampu-lampu jalan dimalam hari dimatikan sehingga banyak terjadi kecelakaan dan kejahatan, ataupun yang mengena lagi UI yang paling membutuhkan listrik akan tutup karena tidak bisa membayar listrik. Bagaimana pendapat kamu???

Tidak ada komentar: