Senin, Mei 08, 2006

Lalai

Hari ini tepat 2 minggu aku menjadi anak piatu. Perlu waktu dua minggu bagiku untuk menyadari statusku yang baru ini…Bukan status yang membanggakan…bahkan kerap menimbulkan belas kasihan orang ketika melihatku. Anak piatu…berarti aku tidak beribu lagi, itu status baru yang harus kusandang. Status yang menyadarkanku…bahwa semua makhluk pasti akan mati, setiap makhluk akan kembali kepada Sang Pencipta. Teringat aku ketika prosesi pemakaman, Seseorang membacakan do’a untuk jenazah, tetapi kata-kata yang kutangkap justru suatu tohokan-tohokan yang menusuk dadaku.

“Amalan apa yang akan ditanya malaikat kubur?”

“Sholat adalah amal utama yang akan ditanya oleh malaikat penjaga kubur”

“Dan Insyaallah almarhum sudah mempunyai bekal cukup untuk di alam nanti”

“Almarhum juga mempunyai bekal amal yang tak terputus yaitu putra-putri yang sholeh dan sholehah”

……………………………………………………………………………………………

Itulah sebagian kecil dari kata-kata yang membuatku berpikir, apabila aku yang menjadi jenazah, apakah benar bahwa aku sudah benar-benar mempunyai amalan yang cukup untuk bekal di alam barzah dan akhirat?

Sedikit banyak ini mengingatkanku kembali pada kematian yang pasti akan terjadi pada semua yang hidup. Mengingatkanku kembali kepada amalan-amalanku yang terus terang saja masih sangat ‘cekak’. Segala ingatan-ingatanku itu membuatku tertunduk malu…bukan pada orang-orang disekitarku..bukan pula kepada sesama peziarah…tetapi malu kepada Allah.

Kata-kata selanjutnya membuatku semakin bertambah malu….

Apakah benar bahwa aku ini termasuk kategori putra/putri yang sholeh/sholehah? Apakah benar selama ini aku selalu mendoakan kedua orangtuaku?

Apakah benar selama ini aku sudah berbakti kepada keduanya?

Kenapa aku tidak bisa menjawab dengan penuh percaya diri, menjawab dengan kepala tertengadah dan bukannya tertunduk malu, menjawab “IYA”. Kenapa sulit sekali melakukannya????

Sungguh memalukan sekali, karena selama ini aku berkecimpung di aktivitas dakwah. Aku yang selama ini berusaha menyeru umat tentang kebenaran (eh..ga sehebat itu sih… tapi kalo ga salah itukan pengertian harfiah dari dakwah…), tapi aku lupa pada keluargaku, aku lupa mendoakan kedua orangtuaku, aku lupa berbakti pada kedua orangtuaku

Dan haruskah sebuah kematian yang menyadarkan kelalaianku? Tapi kalo ini sebuah jalan menuju kebaikan, aku terima. Semoga ini sebuah momentum untuk melakukan perubahan bagiku. Sesungguhnya tidak ada manusia yang terlepas dari salah dan lalai, bahkan rasulullah sekalipun.

Wahai saudaraku, apakah engkau adalah ‘AKU’?

Jika bukan, maka jadikan kisah ini sebuah kisah pengingat bagi kita semua.

Apabila engkau adalah ‘AKU’, maka marilah kita sama-sama berubah, sama-sama menuju diri kita yang lebih baik. Sesungguhnya tidak ada kata terlambat untuk berubah.

Tidak ada komentar: